Jumat, 17 Oktober 2014



Asuhan Keperawatan Kanker Ovarium

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Sampai saat ini, kanker ovarium dikenal sebagai “silent killer” karena biasanya tidak ditemukan gejala apapun sampai diketahui telah menyebar ke bagian tubuh lain. Namun sebenarnya bukti baru menunjukkan bahwa kebanyakan wanita mungkin memiliki gejala bahkan sejak tahap awal kanker ini. Jika dideteksi sedini mungkin, kanker ini bisa diatasi. Deteksi dini penting; masih, hanya sekitar 20 persen kanker ovarium ditemukan sebelum pertumbuhan tumor telah menyebar di luar ovarium. Jika dideteksi sedini mungkin harapan hidup jauh lebih tinggi ketimbang ketika kanker terlanjur menyebar ke luar ovarium.
Angka kejadian kanker ovarium ini kira-kira 20% dari semua keganaan alat reproduksi wanita. Insiden rata-rata dari semua jenis diperkirakan 15 kasus baru per 100.000 populasi wanita setahunnya.
Menurut data statistik American Cancer Society insiden kanker ovarium sekitar 4 % dari seluruh keganasan pada wanita dan menempati peringkat kelima penyebab kematian akibat kanker, diperkirakan pada tahun 2003 akan ditemukan 25.400 kasus baru dan menyebabkan kematian sebesar 14.300, dimana angka kematian ini tidak banyak berubah sejak 50 tahun yang lalu.
Kanker epitel ovarium atau dikenal dengan kanker indung telur yang berasal dari sel epitel merupakan 90% kasus dari seluruh kanker indung telur. Kanker indung telur merupakan penyebab kematian ke-5 terbanyak di Amerika Serikat dan merupakan salah satu dari 7 keganasan tersering di seluruh dunia. Kanker indung telur memiliki angka kematian yang tinggi, dari 23.100 kasus baru kanker indung telur, sekitar 14.000 atau separuh lebih wanita meninggal karena penyakit ini.
Hampir 70 % kanker ovarium epitelial tidak terdiagnosis sampai keadaan stadium lanjut, menyebar dalam rongga abdomen atas (stadium III) atau lebih luas (stadium IV) dengan harapan hidup selama 5 tahun hanya sekitar 15–20%, sedangkan harapan hidup stadium I dan II diperkirakan dapat mencapai 90% dan 70%.
Penyebab pasti karsinoma ovarium belum diketahui namun multifaktorial. Resiko berkembangnya karsinoma ovarium berkaitan dengan lingkungan, endokrin, dan factor genetic. Faktor-faktor lingkungan yang berkaitan dengan kanker ovarium epithelial terus menjadi subjek perdebatan dan penelitian. Insidens tertinggi terdapat di negeri barat. Kebiasaan makan, kopi, dan merokok, adanya asbestos dalam lingkungan, dan penggunaan bedak talek pada daerah vagina, semua itu dianggap mungkin menyebabkan kanker. Tidak ditemukan hubungan antara factor-faktor itu dengan perkembangan ovarium. Factor resiko endokrin untuk kanker ovarium adalah perempuan yang nullipara, menarke dini, menopause yang lambat, kehamilan pertama yang lambat dan tidak pernah menyusui. Perempuan dengan kanker payudara memiliki resiko dua kali lebih besar untuk berkembangnya kanker ovarium. Penggunaan kontrasepsi oral tidak meningkatkanh resiko dan mungkin dapat mencegah.
Terapi penggantian estrogen(ERT) pasca menopause untuk 10 tahun atau lebih berkaitan dengan peningkatan kematian akibat kanker ovarium (Rodriguest et al, 2001). Gen-gen supresor tumor seperti BRCA-1 dan BRCA-2 telah memperlihatkan peranan penting pada beberapa keluarga. Kanker ovarium herediter yang dominan autosomal dengan variasi penetrasi telah ditunjukkan dengan keluarga yang terdapat kanker ovarium. Bila terdapat dua atau lebih hubungan tingkat pertama yang menderita kanker ovarium, seorang perempuan memiliki 50% kesempatan untuk menderita kanker ovarium. Beberapa dokter menyarankan untuk melakukan ooforektomi profilaksis pada perempuan usia 35 tahun dalam kelompok resiko tinggi ini.(Price, 2005)
Karena angka kejadian kanker ovarium cukup tinggi di Indonesia, maka diperlukan asuhan keperawatan yang intensif. Oleh karena itu , penulis tertarik untuk mengangkat Asuhan keperawatan Klien dengan Karsinoma Ovarium sebagai judul dalam penulisan makalah.

1.2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut;
a. Apa pengertian dari karsinoma ovarium?
b. Apa saja etiologi dari karsinoma ovarium?
c. Apa saja klasifikasi dari karsinoma ovarium?
d. Bagaimana manifestasi klinis dari karsinoma ovarium?
e. Apa saja komplikasi dari karsinoma ovarium?
f. Bagaimana penatalaksanaan dari karsinoma ovarium?
g. Bagaimana patofisiologi dan WOC dari karsinoma ovarium?
h. Bagaimana pemeriksaan penunjang dan pemeriksaan laboratorium
i. Bagaimana Asuhan keperawatan teoritis dari karsinoma ovarium? .

1.3. Tujuan
a. Tujuan Umum
Untuk mengetahui dan memahami tentang “Asuhan Keperawatan Klien dengan Karsinoma Ovarium”.
b. Tujuan Khusus
i. Perawat mampu melaksanakan pengkajian terhadap pasien dengan penyakit Karsinoma Ovarium.
ii. Perawat mampu menyusun diagnosa keperawatan sesuai dengan hasil pengkajian
iii. Perawat mampu menyusun perencanaan keperawatan terhadap pasien dengan penyakit Karsinoma Ovarium dengan kebutuhan pasien.
iv. Perawat mampu melakukan intervensi tindakan yang nyata sesuai dengan perencanaan tindakan keperawatan dan prioritas masalah.

1.4. Manfaat
a. Bagi Penulis
Memberikan pengetahuan dan keterampilan dalam proses pembuatan asuhan keperawatan khususnya pada pokok pembahasan Asuhan Keperawatan Klien dengan Karsinoma Ovarium.
b. Bagi Pembaca
Menambah wawasan dan pengetahuan tentang Asuhan Keperawatan Klien dengan Karsinoma Ovarium.

BAB II
PEMBAHASAN

II.1. Anatomi dan Fisiologi Ovarium
Ovarium adalah salah satu organ sistem reproduksi wanita, sistem reproduksi terdiri dari ovarium, tuba fallopi, uterus dan vagina. Kedua ovarium terletak dikedua sisi uterus dalam rongga pelvis dengan panjang sekitar 1,5 – 2 inchi dan lebar < 1 inchi, ovarium akan mengecil setelah menopause. Ovarium memiliki dua fungsi yaitu: 1. Menyimpan ovum (telur) yang dilepaskan satu setiap bulan, ovum akan melalui tuba fallopi tempat fertilisasi dengan adanya sperma kemudian memasuki uterus, jika terjadi proses pembuatan (fertilisasi) ovum akan melekat (implantasi) dalam uterus dan berkembang menjadi janin (fetus), ovum yang tidak mengalami proses fertilisasi akan dikeluarkan dan terjadinya menstruasi dalam waktu 14 hari setelah ovulasi. 2. Memproduksi hormon estrogen dan progesteron, kedua hormon ini berperan terhadap pertumbuhan jaringan payudara, gambaran spesifik wanita dan mengatur siklus menstruasi.

II.2. Konsep Dasar Teoritis Karsinoma ovarium
A. Pengertian
Kanker Indung telur atau Kanker ovarium adalah tumor ganas pada ovarium (indung telur) yang paling sering ditemukan pada wanita berusia 50 – 70 tahun. Kanker ovarium bisa menyebar ke bagian lain, panggul, dan perut melalui sistem getah bening dan melalui sistem pembuluh darah menyebar ke hati dan paru-paru. Kanker ovarium sangat sulit didiagnosa dan kemungkinan kanker ovarium ini merupakan awal dari banyak kanker primer. (Wingo, 1995). Karsinoma ovarium epithelial adalah salah satu kanker ginekologi yang paling sering dan penyebab kematian kelima akibat kanker pada perempuan(CancerNet, 2001). Kanker ovarium berasal dari sel – sel yang menyusun ovarium yaitu sel epitelial, sel germinal dan sel stromal. Sel kanker dalam ovarium juga dapat berasal dari metastasis organ lainnya terutama sel kanker payudara dan kanker kolon tapi tidak dapat dikatakan sebagai kanker ovarium.

B. Etiologi
Penyebab kanker ovarium belum diketahui secara pasti. Akan tetapi banyak teori yang menjelaskan tentang etiologi kanker ovarium, diantaranya: 1. Hipotesis incessant ovulation Teori menyatakan bahwa terjadi kerusakan pada sel-sel epitel ovarium untuk penyembuhan luka pada saat terjadi ovulasi. Proses penyembuhan sel-sel epitel yang terganggu dapat menimbulkan proses transformasi menjadi sel-sel tumor. 2. Hipotesis androgen Androgen mempunyai peran penting dalam terbentuknya kanker ovarium. Hal ini didasarkan pada hasil percobaan bahwa epitel ovarium mengandung reseptor androgen. Dalam percobaan in-vitro, androgen dapat menstimulasi pertumbuhan epitel ovarium normal dan sel-sel kanker ovarium. Penyebab dari kanker ovarium adalah multifaktor. Teori pertama menerangkan mengenai trauma minor yang berlangsung terus menerus selama siklus ovulasi (siklus pengeluaran telur setiap bulannya), teori kedua menerangkan mengenai pajanan indung telur terhadap hormon gonadotropin dapat meningkatkan risiko keganasan. Teori ketiga menerangkan mengenai karsinogen (zat yang dapat merangsang terjadinya keganasan) dapat berkontak dengan indung telur melalui saluran reproduksi. Ca mamae diduga memeliki hubungan terhadap kejadian kanker ovarium pada wanita.. sebaliknya pada wanita yang mengidap Ca ovarium juga mempunyai faktor resiko mengidap Ca mamae 3-4 kali lipat.

C. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi yang dapat menyebabkan Ca ovarium adalah : a) Diit tinggi lemak b) Merokok dan alcohol c) Infertilitas d) Riwayat Ca mamae, kolon, dan endometrium e) Nullipara

D. Faktor Resiko
Penyebab pasti kanker ovarium masih dipertanyakan, beberapa hal yang diperkirakan sebagai faktor resiko kanker ovarium adalah sebagai berikut: • Riwayat keluarga kanker ovarium dan kanker payudara • Riwayat keluarga kanker kolon dan kanker endometrial • Wanita diatas usia 50 – 75 tahun • Wanita yang tidak memiliki anak(nullipara) • Wanita yang memiliki anak > 35 tahun
• Membawa mutasi gen BRCA1 atau BRCA2
• Sindroma herediter kanker kolorektal nonpolipoid
• Ras kaucasia > Afrika-Amerika
• Dll

F. Patofisiologi
Tidak ada penyebab definitif dan Ca. Ovarium yang ada berupa faktor-faktor resiko seperti :
– Genetik berperan dalam menimbulkan penyakit ini, dan banyak dokter menyarankan pemeriksaan bimanual bagi wanita yang mempunyai ibu saudara perempuan dengan Ca.ovarium, karena adanya gen BRCAI dan BRCA2 yang bersifat autosom
– Pada nulipara yang berusia > 45 tahun atau pada wanita dengan kehamilan 1 berusia > 30 tahun biasanya mengalami penurunan atau perubahan fungsi sel ovarium yang menyebab gangguan proliferasi
– Riwayat tumor jinak beresiko menimbulkan kegagalan differensial sel (anaplasia) yang menyebabkan pelumorfis (dari bentuk dan ukurannya)
– Pada wanita yang terpapar terus menerus oleh talk akan terjadi penumpukan talk di organ genitalia, lalu tubuh menganggap ini sebagai benda asing dan terjadilah reaksi antibodi sehingga terjadi gangguan proliferasi
– Merokok merupakan salah satu zat kasinogenk yang bisa menimbulkan Ca.ovarium, sedangkan riwayat peminum alkohol akan meningkatkan radikal bebas sehingga mengakibatkan jejas jaringan terutama pada sel ovarium
Gangguan proliferasi menyebabkan timbulnya sel-sel kanker pada sel epitel ovarium. Sel-sel tumor akan mendesak jaringan disekitarnya seperti ; menekan kolon yang menyebabkan gangguan defekasi dan juga bisa terjadi hiperfleks muskulus detrusor yang menyebabkan sering berkemih sehingga genitalia menjadi lembab dan lama kelamaan mudah timbul lesi.
Kanker ovarium bermetatasis dengan invasi langsung struktur yang berdekatan dengan abdomen dan pelvis dan sel-sel yang menempatkan diri pada rongga abdomen dan pelvis melalui penyebaran benih tumor melalui cairan peritoneal ke rongga abdomen (mengakibatkan peritonitis) dan rongga panggul. Jika metastasis melalui sistem bisa bermetastasis ke mammae (Ca.mammae), colon (gangguan BAB) dan pleura (efusi pleura). Sel-sel ini mengikuti sirkulasi alami cairan peritoneal sehingga inplantasi dan pertumbuhan keganasan selanjutnya dapat timbul pada semua permukaan interperitoneal. Limfatik yang disalurkan ke ovarium juga merupakan jalur untuk penyebaran sel-sel ganas. Semua kelenjar pada pelvis dan kavum abdominal pada akhirnya akan terkena. Penyebaran awal kanker ovarium dengan jalur interperitoneal dan limfatik muncul seiring dengan waktu adalah perasaan berat pada pelvis, sering berkemih dan disuria, dan perubahan fungsi gastrointestinal, seperti rasa penuh, mual dan rasa tidak enak diperut, cepat kenyang, dan konstipasi. Pada beberapa perempuan dapat terjadi perdarahan abnormal vagina sekunder akibat hyperplasia endometrium bila tumor menghasilkan estrogen; beberapa tumor menghasilkan testosterone dan menyebabkan virilisasi. Gejala-gejala keadaan akut pada abdomen dapat timbul mendadak bila terdapat perdarahan dalam tumor, rupture, atau torsi ovarium. Namun, tumor ovarium paling sering terdeteksi selama pemeriksaan pelvis rutin.
Jika ukuran Ca ovarium besar maka bisa terjadi obstruksi jalan lahir yang meyebabkan ruptur uteri. Beberapa tumor dapat memproduksi testosteron yang menyebabkan gangguan hormonal sehingga menimbulkan gangguan haid berupa perdarahan abnormal yang jika terjadi terus menerus bisa berakibat anemia (Sylvia. A. Price, 1995).

G. WOC
Picture1
H. Klasifikasi Kanker Ovarium
Adapun klasifikasi kanker ovarium adalah sebagai berikut;
1. Tumor epitelial
Tumor epitelial ovarium berkembang dari permukaan luar ovarium, pada umumnya jenis tumor yang berasal dari epitelial adalah jinak, karsinoma adalah tumor ganas dari epitelial ovarium (EOC’s : Epitelial ovarium carcinomas) merupakan jenis tumor yang paling sering ( 85 – 90% ) dan penyebab kematian terbesar dari jenis kanker ovarium. Gambaran tumor epitelial yang secara mikroskopis tidak jelas teridentifikasi sebagai kanker dinamakan sebagai tumor bordeline atau tumor yang berpotensi ganas (LMP tumor : Low Malignat Potential).
Beberapa gambaran EOC dari pemeriksaan mikroskopis berupa serous, mucous, endometrioid dan sel jernih.
2. Tumor germinal
Tumor sel germinal berasal dari sel yang menghasilkan ovum atau telur, umumnya tumor germinal adalah jinak meskipun beberapa menjadi ganas, bentuk keganasan sel germinal terutama adalah teratoma, dysgerminoma dan tumor sinus endodermal. Insiden keganasan tumor germinal terjadi pada usia muda kadang dibawah usia 20 tahun, sebelum era kombinasi kemoterapi harapan hidup satu tahun kanker ovarium germinal stadium dini hanya mencapai 10 – 19% sekarang ini 90 % pasien kanker ovarium germinal dapat disembuhkan dengan fertilitas dapat dipertahankan.
3. Tumor stromal
Tumor ovarium stromal berasal dari jaringan penyokong ovarium yang memproduksi hormon estrogen dan progesteron, jenis tumor ini jarang ditemukan, bentuk yang didapat berupa tumor theca dan tumor sel sartoli-leydig termasuk kanker dengan derajat keganasan yang rendah.

I. Manifestasi Klinis
Gejala umum bervariasi dan tidak spesifik. Pada stadium awal berupa :
1. Haid tidak teratur
2. Ketegangan menstrual yang terus meningkat
3. Menoragia
4. Nyeri tekan pada payudara
5. Menopause dini
6. Rasa tidak nyaman pada abdomen
7. Dispepsia
8. Tekanan pada pelvis
9. Sering berkemih
10. Flatulenes
11. Rasa begah setelah makan makanan kecil
12. Lingkar abdomen yang terus meningkat.
Kanker ovarium sulit terdeteksi, hanya sekitar 10 % dari kanker ovarium yang terdeteksi pada stadium awal, keluhan biasanya nyeri daerah abdomen disertai keluhan–keluhan:
• Pembesaran abdomen akibat penumpukan cairan dalam rongga abdomen (ascites)
• Gangguan sistem gastrointestinal; konstipasi, mual, rasa penuh, hilangnya nafsu makan dll
• Gangguan sistem urinaria; inkontinensia uri
• Perasaan tidak nyaman pada rongga abdomen dan pelvis
• Menstruasi tidak teratur
• Lelah
• Keluarnya cairan abnormal pervaginam (vaginal discharge)
• Nyeri saat berhubungan seksual
• Penurunan berat badan
• Dll.
Sebanyak 60% wanita yang didiagnosis menderita kanker ovarium sudah memasuki tahap lanjut dari penyakit ini. Pada umumnya tidak didapatkan gejala dini pada kanker ini, seandainya ada biasanya samar-samar. Gejala tersebut termasuk diantaranya nyeri pada panggul, kembung, mudah lelah, penurunan berat badan, konstipasi (sembelit), perdarahan menstruasi yang tidak teratur. Pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya suatu massa atau benjolan pada panggul merupakan tanda yang perlu dicurigai.

J. Stadium
Stadium kanker biasanya ditentukan sebelum tindakan bedah. Akan tetapi tumor pada ovarium, stadium ditentukan berdasarkan pemeriksaan sesudah laparatomi. Penentuan stadium dengan laparatomi akan lebih akurat, karena perluasan tumor dapat dilihat dan ditentukan berdasarkan pemeriksaan patologi, sehingga terapi dan prognosis dapat ditentukan lebih akurat.
Stadium kanker ovarium primer menurut FIGO (Federation InternationalofGinecologies and Obstetricians ) 1987, adalah :
Stadium I
–> pertumbuhan terbatas pada ovarium
1. Stadium 1a : pertumbuhan terbatas pada suatu ovarium, tidak ada asietas yang berisi sel ganas, tidak ada pertumbuhan di permukaan luar, kapsul utuh.
2. Stadium 1b : pertumbuhan terbatas pada kedua ovarium, tidak asietas, berisi sel ganas, tidak ada tumor di permukaan luar, kapsul intake.
3. Stadium 1c : tumor dengan stadium 1a dan 1b tetapi ada tumor dipermukaan luar atau kedua ovarium atau kapsul pecah atau dengan asietas berisi sel ganas atau dengan bilasan peritoneum positif.
Stadium II
–> Pertumbuhan pada satu atau dua ovarium dengan perluasan ke panggul
1. Stadium 2a : perluasan atau metastasis ke uterus dan atau tuba
2. Stadium 2b : perluasan jaringan pelvis lainnya
3. Stadium 2c : tumor stadium 2a dan 2b tetapi pada tumor dengan permukaan satu atau kedua ovarium, kapsul pecah atau dengan asitas yang mengandung sel ganas dengan bilasan peritoneum positif.
Stadium III
–> tumor mengenai satu atau kedua ovarium dengan implant di peritoneum di luar pelvis dan atau retroperitoneal positif. Tumor terbatas dalam pelvis kecil tetapi sel histologi terbukti meluas ke usus besar atau omentum.
1. Stadium 3a : tumor terbatas di pelvis kecil dengan kelenjar getah bening negatif tetapi secara histologi dan dikonfirmasi secara mikroskopis terdapat adanya pertumbuhan (seeding) dipermukaan peritoneum abdominal.
2. Stadium 3b : tumor mengenai satu atau kedua ovarium dengan implant dipermukaan peritoneum dan terbukti secara mikroskopis, diameter melebihi 2 cm, dan kelenjar getah bening negativ.
3. Stadium 3c : implant di abdoment dengan diameter > 2 cm dan atau kelenjar getah bening retroperitoneal atau inguinal positif.
Stadium IV
–> pertumbuhan mengenai satu atau kedua ovarium dengan metastasis jauh. Bila efusi pleura dan hasil sitologinya positif dalam stadium 4, begitu juga metastasis ke permukaan liver.
Derajat keganasan kanker ovarium
1. Derajat 1 : differensiasi baik
2. Derajat 2 : differensiasi sedang
3. Derajat 3 : differensiasi buruk
Dengan derajat differensiasi semakin rendah pertumbuhan dan prognosis akan lebih baik.

Table stadium klinis karsinoma ovarium:
Stadium I terbatas pada 1 / 2 ovarium
I A
Mengenal 1 ovarium, kapsul utuh, ascites (-)
I B
Mengenai 2 ovarium, kapsul utuh, ascites (-)
I C
Kriteria I A / I B disertai 1 > lebih keadaan sbb :
1. Mengenai permukaan luar ovarium
2. Kapsul ruptur
3. Ascites (+)
Stadium II perluasan pada rongga pelvis
II A
Mengenai uterus / tuba fallopi / keduanya
II B
Mengenai organ pelvis lainnya
II C
Kriteria II A / II B disertai 1 / > keadaan sbb :
1. Mengenai permukaan ovarium
2. Kapsul ruptur
3. Ascites (+)
Stadium III kanker meluas mengenai organ pelvis dan intraperitoneal
III A
Makroskopis : terbatas 1 / 2 ovarium
Mikroskopis : mengenai intraperitoneal
III B
Makroskopis : mengenai intraperitoneal diameter < 2 cm, KGB (-)
III C
  1. Meluas mengenai KGB dan /
  2. Makroskopis mengenai intraperitoneal diameter > 2 cm
K. Deteksi Dini Kanker Ovarium
Semakin dini tumor ovarium ditemukan dan mendapat pengobatan harapan hidup akan semakin baik metode pemeriksaan yang sekarang ini digunakan sebagai penyaring kanker ovarium adalah:
1. Pemeriksaan pelvik dan rektal : termasuk perabaan uterus dan ovarium untuk mengetahui bentuk dan ukuran yang abnormal, meskipun pemeriksaan rektovaginal tidak dapat mendeteksi stadium dini kanker ovarium.
2. Ultrasounografi (USG): Dengan gelombang ultrasound untuk membedakan gambaran jaringan sehat, kista dan bentuk tumor padat, melalui abdomen ataupun pervaginam, dimana mampu mendeteksi keganasan dengan keluhan asimtomatik tapi ketepatan pada stadium dini rendah.
3. Penanda tumor CA-125: Pemeriksaan darah CA-125 digunakan untuk menilai kadar CA-125 dimana peningkat pada kanker ovarium, wanita dengan kanker ovarium stadium lanjut terjadi peningkatan CA-125 (>35µ/ml) sekitar 80% walaupun ketepatan pemeriksaan ini baru mencapai 50 % pada stadium dini, pada wanita premonopause, kehamilan, endometriosis, fibroid uterine, penyakit ganguan fungsi hati dan kista ovarium juga terjadi peningkatan kadar CA-125.

L. Penegakkan Diagnosa Medis
a. Anamnesis
Keluhan penderita terbayak adalah merasa tidak enak atau terasa berat di perut bagian bawah dan sering disertai sakit. Perut makin lama makin besar. Kadang-kadang terjadi pendarahan diluar haid.
b. Pemeriksaan Fisik
Dirongga perut teraba massa tumor dan sering disertai asites. Perabaan bimanual jelas tumor pada rongga pelvis. Tumor sel granulos pada anak-anak / pubertas lebih mudah dikenal secara klinis, selain adanya pertumbuhan seks sekunder prekoks, juga rongga abdomen membesar. Amenorea, atrofi payudara dan hipertopi klitoris dijumpai pada penderita androplastoma. Adanya asites disertai masa tumor pada rongga pelvic, terduga tumor ganas.
c. Laboratorium
Kanker ovarium dapat didentifikasi dengan pemeriksaan beberapa tumor marker serum penderita. CA 125 merupakan tumor marker kanker ovarium. AFP dan CEA sering dipergunakan untuk identifikasi kanker ovarium. Pemeriksaan HGG dipergunakan untuk diagnosis preoperative karsinoma ovarium yang berasal dari germ cell.
d. Radiology
Ultrasonografi mempunyai kapasitas untuk membedakan antara tumor solid dan kristis ovarium. Evaluasi peluasan kanker ovarium pada jaringan sekitar dapat diramalkan oleh USG. Computed tomography lebih praktis, mudah diaplikasi dan akurasi diagosiknya lebih tinggi serta dapat mengevaluasi perluasan dinding tumor pada dinding vesika urinaria dan usus.
e. Laporaskopi
Dapat digunakan untuk menentukan stadium. Apabila penderita yang sudah mendapat kemoterapi / radioterapi menolak untuk laporotomi kedua ( second-look) salah satu cara untuk melihat kemajuan pengobatan adalah laporoskopi.
f. Biopsy Aspirasi Jarum Halus
Pemeriksaan sitologi biopsy aspirasi sering dipergunakan untuk mendiagnosis berbagai tumor di rongga abdomen. Akan tetapi untuk neoplasma ovarium tidak banyak dipergunakan karena pada setiap neoplasma di ovarium laporatomi dapat dilakukan.
g. Sitologi Eksfoliatif
Untuk menetukan stadium tumor ovarium diperlukan pemeriksaan sitologi cairan asites ataupun cairan bilasan.
h. Histopatologi
Diagnosa defenitif tumor ovarium biasanya berdasarkan histopatologi blok paraffin. Akan tetapi histopatologi dapat juga dilakukan durate operasi yang bertujuan untuk memperoleh diagnosis yang cepat.
(file:///D:/laporan-pendahuluan-gangguan-sistem.html)

Diagnosis kanker ovarium
• Anamnesis dan pemeriksaan fisik pelvik
• Radiologi : USG Transvaginal, CT scan, MRI
• Tes darah khusus : CA-125 (Penanda kanker ovarium epitelial), LDH, HCG, dan AFP (penanda tumor sel germinal)
• Laparoskopi
• Laparotomi
• Pemeriksaan untuk mengetahui perluasan kanker ovarium
– Pielografi intravena (ginjal, ureter, dan vesika urinaria), sistoskopi dan sigmoidoskopi.
– Foto rontgen dada dan tulang.
– Scan KGB (Kelenjar Getah Bening)
– Scan traktus urinarius
Sebagian besar kanker ovarium bermula dari suatu kista. Oleh karena itu, apabila pada seorang wanita ditemukan suatu kista ovarium harus dilakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk menentukan apakah kista tersebut bersifat jinak atau ganas (kanker ovarium).
Ciri-ciri kista yang bersifat ganas yaitu pada keadaan :
– Kista cepat membesar
– Kista pada usia remaja atau pascamenopause
– Kista dengan dinding yang tebal dan tidak berurutan
– Kista dengan bagian padat
– Tumor pada ovarium
Pemeriksaan lanjutan untuk memperkuat dugaan ke arah kanker ovarium seperti :
• USG dengan Doppler untuk menentukan arus darah
• Jika diperlukan, pemeriksaan CT-Scan/ MRI
• Pemeriksaan tumor marker seperti Ca-125 dan Ca-724, beta – HCG dan alfafetoprotein
Semua pemeriksaan diatas belum bisa memastikan diagnosis kanker ovarium, akan tetapi hanya sebagai pegangan untuk melakukan tindakan operasi.

M. Faktor Prognostik
Kemampuan bertahan hidup selama 5 tahun pada pasien dengan kanker ovarium berkisar 30%, namun tergantung dari individu masing-masing, stadium, dan jenis kanker. Pasien dengan stadium I memiliki 90% kemungkinan bertahan selama 5 tahun, sedangkan stadium II sekitar 50-65%, dan stadium III dan IV berkisar 15-20% atau kurang dari 5%.

N. Penatalaksanaan
Sebagian besar kanker ovarium memerlukan pengobatan dengan kemoterapi. Hanya kanker ovarium stadium awal saja (stadium 1a dan 1b dengan derajat diferensiasi sel yang baik/sedang) yang tidak memerlukan kombinasi pengobatan. Kemoterapi diberikan sebanyak 6 seri dengan interval 3 – 4 minggu sekali dengan melakukan pemantauan terhadap efek samping kemoterapi secara berkala terhadap sumsum tulang, fungsi hati, fungsi ginjal, sistem saluran cerna, sistem saluran cerna, sistem saraf dan sistem kardiovaskuler.
Penatalaksanaan yang sesuai dengan stadium yaitu:
Operasi (stadium awal)
Tindakkan bedah tergantung pada stadium tumor. Tumor I dan II biasanya dilakukan salviagonerektomi. Pada golongan resiko rendah ( stadium Ia dan Ib dengan histopologi karsinoma borderline / deferensiasi baik), AKH 5 tahun 90 % tanpa terapi aiuvan. Pada golongan resiko tinggi ( stadium Ic dan II ), AKH 5 tahun 50 % tanpa ajuvan terapi. Tindakan Sitoreduksi biasanya dilakukan pada stadium lanjut dimana tumor tidak diangkat seluruhnya, sehingga kemoterapi / radiology lebih efektif.
Kemoterapi (tambahan terapi pada stadium awal)
Radiasi (Tambahan terapi untuk stadium lanjut).
Metode terapi adalah sebagai berikut:
1. Kemoterapi
Dengan pemanasan intraperitoneal: melalui insisi perkutan dimasukkan dua tabung silicon intraperitoneal, satu diletakkan di permukaan hati subdiafragma, satu lagi di resesus posterior kavum pelvis, ujungnya difiksasi di dinding abdomen. Obat yang diinfuskan biasanya FU, DDP, CTX dll. di dalam 3000-4000cc larutan garam faal. Sebelumnya larutan itu dipanaskan hingga 42oC, dan upayakan temperatur itu dipertahankan. Lalu melalui satu tabung silicon dialirkan ke rongga abdomen, setelah 8-12 jam larutan dikeluarkan lewat tabung yang lainnya. Kecepatan pemberian adalah 500cc per jam. Setiap minggu dilakukan 1-2 kali. Efek buruknya berupa sakit perut, untuk itu dapat serentak diberikan lidokain intraperitoneal.
2. Imunoterapi intraperitoneal
Masukkan tabung ke rongga pelvis, abdomen, suntikkan obat kemoterapi, 1-2 kali per minggu, serentak disuntikkan imunomodulator, umumnya digunakan vaksen kuman Serratia marcescen (S311), 1cc per kali. Pasca injeksi dapat timbul demam yang mencapai 39oC, 2-3 jam kemudian reda spontan. Demam pertanda respons imun bekerja, tidak akan berdampak buruk.
3. Krioablasi argon-helium
Terhadap massa ovarium, tidak peduli itu lesi primer atau metastasis rongga pelvis dan dinding abdomen, dapat memakai krioablasi argon-helium. Metode ini setara dengan operasi debulking, rudapaksa bagi pasien jauh lebih kecil dibandingkan operasi.
4. Terapi intra-arteri
Melalui arteri femoralis dimasukkan kateter hingga mencapai arteri ovarial, suntikkan emulsi campuran kemoterapi (misal DDP) dan lipiodol. Jepang melaporkan terapi dengan cara ini, setelah 1 bulan massa ovarium menyusut rata-rata 49%. Kami sering mengombinasikan cara ini dengan krioablasi argon-helium. Seorang pasien dari kota Shenyang di RRC, usia 56 tahun, kavum pelvis penuh dengan tumor disertai asites, setelah terapi intra-arteri dan krioablasi argon-helium, lesi lenyap total, hingga kini 18 bulan tidak tampak kekambuhan.
Terapi dari kanker ovarium tergantung dari stadium dari penyakit, tipe penyakit (primer atau rekuren ), terapi pilihan, dan kondisi tubuh.
1. Kanker Ovarium atipikal
Kanker atipikal ini memiliki sifat yang berbeda dari kanker ganas ovarium tipe lainnya. Biasa terdapat pada wanita usia 40 tahun (keganasan pada usia 60 tahun). 20% stadium dini dapat menyebar ke intraabdomen (perut) dan memerlukan terapi operasi. Pasien kanker atipikal ovarium dengan stadium dini yang masih ingin mempertahankan kesuburannya dapat melakukan unilateral salpingo-oophorectomi (operasi pengangkatan indung telur yang mengandung kanker).
2. Stadium dini kanker ovarium
Stadium dini kanker ovarium adalah stadium I dan II. Terapi yang dapat dilakukan pada stadium ini adalah operasi (total abdominal histerektomi, bilateral salpingo-oophorektomi), kemoterapi (pada kasus dengan angka kesembuhan rendah, diberikan setelah operasi), dan radiasi
3. Stadium Lanjut kanker ovarium
Stadium ini selalu membutuhkan terapi operasi yang optimal diikuti kemoterapi setelah operasi untuk meningkatkan kemampuan bertahan hidup. Radiasi seluruh bagian perut (whole abdominal radiation) dapat menjadi alternatif dari kemoterapi
4. Kanker ovarium yang kambuh
Pasien dengan kanker ovarium yang kambuh adalah kandidat untuk dilakukan operasi yang kedua kalinya dengan kemoterapi menggunakan agen yang berbeda. Terapi hormonal juga dapat digunakan. Terapi yang masih dalam penelitian adalah terapi stem sel, imunoterapi menggunakan interferon, dan terapi genetik.

Kanker ovarium epitelial :
– Stadium I : Pilihan terapi stadium I dengan derajat diferensiasi baik sampai sedang, operasi salpingo-ooforektomi bilateral (operasi pengangkatan tuba fallopi dan ovarium) atau disertai histerektomi abdominal total (pengangkatan uterus) dan sebagian jaringan abdominal, harapan hidup selama 5 tahun mencapai 90%, pada stadium I dengan diferensiasi buruk atau stadium IC pilihan terapi berupa:
– Radioterapi
– Kemoterapi sistemik
– Histerektomi total abdominal dan radioterapi
– Stadium II: Pilihan terapi utama operasi disertai kemoterapi atau radioterapi, dengan terapi ajuvan memperpanjang waktu remisi dengan harapan hidup selama 5 tahun mendekati 80 %.
– Stadium III dan IV:
Sedapat mungkin massa tumor dan daerah metastasis sekitarnya diangkat (sitoreduktif) berupa pengeluran asites, omentektomi, reseksi daerah permukaan peritoneal, dan usus, jika masih memungkinkan salpingo-ooforektomi bilateral dilanjutkan terapi ajuvan kemoterapi dan atau radioterapi.
Kanker ovarium germinal :
– Disgerminoma: pengangkatan ovarium dan tuba fallopi dimana kanker ditemukan dilanjutkan radioterapi atau kemoterapi.
– Tumor sel germinal lainnya: pengangkatan ovarium dan tuba fallopi dilanjutkan kemoterapi.

Kanker ovarium stromal :
– Operasi yang dilanjutkan dengan kemoterapi.
Kombinasi standar sistemik kemoterapi berupa TP (paclitaxel + cisplatin atau carboplatin), CP (cyclophosphamide + cisplatin), CC (cyclophosphamide + carboplatin).
Sejak tahun 1993 perkumpulan ginekologi onkologi (GOG) melaporkan bahwa paclitaxel dengan kombinasi cisplatin kini merupakan terapi lini pertama untuk kanker ovarium.

II.3. Konsep Dasar ASKEP
1. Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara menyeluruh (Boedihartono, 1994).
Pengkajian pasien dengan Karsinoma Ovarium meliputi:
a. Data Biografi dan Demografi
Data biografi meliputi identifikasi pasien yaitu nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat dan identitas penanggung jawab.
Data demografi meliputi: usia, golongan darah, dan lingkungan.
b. Keluhan Utama (alasan utama datang ke rumah sakit)
Terkait keluhan pasien saat masuk RS seperti: Haid tidak teratur, ketegangan menstrual yang terus meningkat, menoragia, nyeri tekan pada payudara, menopause dini, rasa tidak nyaman pada abdomen, dyspepsia, tekanan pada pelvis, sering berkemih, flatulenes, rasa begah setelah makan makanan kecil, lingkar abdomen yang terus meningkat.
c. Riwayat Kesehatan Sekarang (RKS)
Riwayat kesehatan sekarang pada pasien karsinoma Ovarium adalah Haid tidak teratur, ketegangan menstrual yang terus meningkat, menoragia, nyeri tekan pada payudara, menopause dini, rasa tidak nyaman pada abdomen, dyspepsia, tekanan pada pelvis, sering berkemih, flatulenes, rasa begah setelah makan makanan kecil, lingkar abdomen yang terus meningkat.
d. Riwayat Kesehatan Dahulu (RKD)
Riwayat kesehatan dahulu yang berhubungan dengan penyakit klien sekarang misalnya: Ca mamae diduga memeliki hubungan terhadap kejadian kanker ovarium pada wanita.. sebaliknya pada wanita pada yang mengidap Ca ovarium juga mempunyai faktor resiko mengidap Ca mamae 3-4 kali lipat.
e. Riwayat Kesehatan Keluarga (RKK)
Mengkaji dalam keluarga apakah ada yang mengalami gangguan yang berhubungan langsung dengan gangguan yang di alami klien sekarang, seperti salah satu anggota keluarga ada yang pernah mengalami Karsinoma Ovarium sebelumnya.
f. Riwayat Reproduksi
Riwayat reproduksi meliputi beberapa hal yang berhubungan masalah reproduksi seperti; bagaimana perjalanan klinis siklus haid teratur atau tidak serta bagaimana durasi haid normal atau tidak.
g. Riwayat obstetric
Adapun riwayat obstetric terdiri dari masalah; kehamilan, persalinan, dan nifas yang dialami oleh klien yang bersangkutan.
h. Riwayat menstruasi
Adanya riwayat menstruasi yang tidak teratur, lam dan siklus haid, menarche.
i. Riwayat Perkawinan
Adanya riwayat menikah pada usia dini (kurang dari 16 tahun), mempunyai pasangan lebih dari satu, sering melahirkan dari jarak, kehamilan terlalu dekat.
j. Riwayat keluarga berencana
Adanya riwayat penggunaan alat kontrasepsi hormal.

k. Aspek Psikososial
Cemas, perasaan putus asa, menyangkal diagnostik, gangguan fungsi dan tanggung jawab peran, gangguan hubungan seksual, dan menarik diri.
1. Perilaku
Kecemasan dapat diekspresikan secara langsung melalui perubahan fisiologis dan perilaku secara tidak langsung melalui timbulnya gejala atau mekanisme koping sebagai upaya untuk melawan kecemasan. Intensitas perilaku akan meningkat sejalan dengan peningkatan tingkat kecemasan.
2. Faktor Predisposisi.
Dalam mengkaji faktor predisposisi akan ditemukan hal yang dapat menyebabkan terjadinya kecemasan, antara lain: peristiwa traumatik, konflik yang dialami, frustasi, gangguan fisik, pola keluarga menghadapi stress, riwayat gangguan kecemasan dalam kelaurga, dan pengobatan yang pernah didapat.
3. Stressor pencetus
Stressor pencetus berasal dari sumber internal atau eksternal. Stressor pencetus dapat dikelompokkan dalam dua kategori yaitu :
1. Ancaman terhadap integritas seseorang yang meliputi : ketidakmampuan fisiologis atau menurunnya kapasitas untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari.
2. Ancaman terhadap sistem diri seseorang yang dapat membahayakan identitas, harga diri dan fungsi sosial.
4. Sumber Koping.
Individu dapat menanggulangi stress dan kecemasan dengan menggunakan sumber koping dari lingkungan diantaranya adalah asset ekonomi, kemampuan pemecahan masalah, dukungan sosial, keyakinan budaya yang dapat membuat individu mengadopsi strategi koping yang sukses.

5. Mekanisme koping
Ketika menglami kecemasan individu menggunakan berbagai mekanisme koping untuk mencoba ketidakmampuan dan kecemasan secara konstruktif merupakan penyebab utama terjadinya perilaku psikologis.
Untuk kecemasan ringan, pola yang cenderung digunakan tahapan dominan seperti : menangis, tidur, makan, tertwa atau melakukan aktifitas fisik. Namun untuk mengatasi kecemasan sedang, berat dan panik dibutuhkan lebih banyak energi. Ada dua mekanisme koping yang dapat dilakukan :
a. Reaksi berorientasi pada tugas, yaitu upaya yang berorientasi pemenuhan kebutuhan.
– Perilaku menyerang digunakan untuk mengubah hambatan pemenuhan kebutuhan.
– Perilaku menarik diri digunakan baik secara fisik maupun psikologik untuk memindahkan seseorang dari sumber stress.
– Perilaku kompromi digunakan untuk mengubah cara seseorang untuk mengoperasikan, mengganti tujuan atau mengorbankan salah satu kebutuhan pribadi.
b. Mekanisme pertahanan ego, koping ini tidak selalu berhasil digunakan dalam kondisi kecemasan. Mekanisme ini banyak digunakan untuk diri klien sehingga disebut mekanisme perhanan ego.

ii. Pemeriksaan Fisik
Data dasar pengajian pasien:
AKTIVITAS / ISTIRAHAT
Gejala : Kelemahan dan / keletihan
Perubahan pada pola istirahat dan jam kebiasaan tidur, misalnya : nyeri, ansietas.
Pekerjaan atau profesi dengan pemajanan karsiogen lingkungan.
SIRKULASI
Gejala : Palpitasi, nyeri dada pada pengerahan kerja
Kebiasaan : Perubahan pada TD
INTEGRITAS EGO
Gejala : Factor stress (keuangan, pekerjaan, perubahan peran) dan cara mengatasi stress (misalnya merokok,minum alcohol, mununda mencari pengobatan, keyakinan religius / spiritual)
Masalah tentang perubahan dalam penampilan, misalnya
pembedahan.
Menyangkal diagnosis, perasaan tidak berdaya, putus asa, tidak mampu, tidak bernakna, rasa bersalah, kehilangan control, depresi.
Kebiasaan : Menyangkal, menarik diri, marah
ELIMINASI
Gejala : Perubahan pada pola defekasi, misalnya nyeri pada defekasi
Perubahan eliminasi urinarius, misalnya sering berkemih.
Tanda : Perubahan pada bising usus, distensi abdomen.
MAKANAN / CAIRAN
Gejala : Kebiasaan diet buruk, misalnya rendah serat tinggi lemak bahan pengawet.
Anoreksi, mual / muntah
Perubahan pada berat badan ; penurun berat badan
Tanda : Perubahan pada kelembaban / turgo kulit ; edema
NEUROSENSORI
Gejala : Pusing ; sinkope
NYERI / KENYAMANAN
Gejala : Derajat nyeri bervariasi, misalnya ketidak nyamanan ringan
sampai nyeri berat.
PERNAPASAN
Gejala : Merokok, hidup dengan seseorang yang merokok.
Pemajanan asbes
KEAMANAN
Gejala : Pemajanan pada kimia toksik, karsinogen
Pemanjana matahari lama / berlebihan.
Tanda : Demam
Ruam kulit, ulserasi
SEKSUALITAS
Gejala : Masalah seksual, misalnya dampak pada hubungan, perubahan pada tingkat kepuasan.
INTERAKSI SOSIAL
Gejala : Ketidakadekuatan / kelemahan system pendukung.
Masalah tentang fungsi / tanggung jawab peran
PENYULUHAN / PEMBELAJARAN
Gejala : Riwayat kaker pada keluarga, misalnya ibu / Bibi dengan kanker payudara, kanker ovarium, kanker kolon
Riwayat pengobatan : Pengobatan sebelumnya untuk tempat kanker dan pengobatan yang diberikan.

iii. Pemeriksaan Diagnostik
Adapun poemeriksaan diagnostic untuk karsinoma ovarium meliputi;
• Anamnesis dan pemeriksaan fisik pelvik
• Radiologi : USG Transvaginal, CT scan, MRI
• Tes darah khusus : CA-125 (Penanda kanker ovarium epitelial), LDH, HCG, dan AFP (penanda tumor sel germinal)
• Laparoskopi
• Laparotomi
• Pemeriksaan untuk mengetahui perluasan kanker ovarium
– Pielografi intravena (ginjal, ureter, dan vesika urinaria), sistoskopi dan sigmoidoskopi.
– Foto rontgen dada dan tulang.
– Scan KGB (Kelenjar Getah Bening)
– Scan traktus urinarius
j. Data psikologis/sosiologis
–> reaksi emosional setelah penyakit diketahui

2. Diagnosa Keperawatan
Pada klien dengan Ca. Ovarium, kemungkinan diagnosa keperawatan yang dapat muncul adalah sebagai berikut :
Pre-operatif:
1. Risiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan berlebihan melalui rute normal dan/atau abnormal (perdarahan); status hipermetabolik; kerusakan masukan cairan.
2. Ketakutan/ansietas berhubungan dengan krisis situasi (kanker); ancaman atau perubahan status kesehatan; ancaman kematian; perpisahan dari keluarga.
3. Antisipasi berduka berhubungan dengan kehilangan yang diantisipasi dari kesejahteraan (perubahan fungsi tubuh); perubahan gaya hidup; penerimaan kemungkinan kematian.
4. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan berhubungan dengan status metabolik berkenaan dengan kanker; konsekuensi kemoterapi dan radiasi; distress emosional.
5. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan sekunder dan imunosupresi, malnutrisi, prosedur invasive.
6. Risiko tinggi terhadap perubahan pola seksual berhubungan dengan ketakutan dan ansietas, perubahan fungsi/struktur tubuh.
7. Risiko tinggi terhadap perubahan proses keluarga berhubungan dengan krisis situasi, perubahan peran/status ekonomi, kehilangan yang diantipasi dari anggota keluarga.
8. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kesalahan interpretasi informasi, tidak mengenal sumber informasi, keterbatasan kognitif.

Post Operasi:
1. Gangguan harga diri rendah berhubungan dengan efek samping kemoterapi atau radioterapi.
2. Nyeri berhubungan dengan proses penyakit (kompresi/destruksi jaringan saraf, infiltrasi atau suplay vaskularnya, obstruksi jaras saraf, inflamasi), efek samping berbagai agen terapi saraf.
3. Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan efek radiasi dan kemoterapi; penurunan imunologis, perubahan status nutrisi, anemia.
4. Risiko tinggi terhadap konstipasi/diare berhubungan dengan iritasi mukosa GI dari kemoterapi atau radiasi, masukan cairan buruk.
5. Risiko tinggi terhadap perubahan membran mukosa mulut berhubungan dengan efek samping dari bebreapa agen kemoterapi.

(Doenges, Marilyn, 1993; Reader, 1997)
3.1. NCP
No
Diagnosa keperawatan
Tujuan
kriteria hasil
Intervensi
Rasional
1
Risiko Tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan berlebihan melalui urete normal dan /atau abnormal (perdarahan), status hipermetabolik, kerusakan masukan cairan.
Ketakutan/ ansietas berhubungan dengan krisis situasi (kanke), ancaman atau perubahan status kesehatan, ancaman kematian, perpisahan dari keluarga.
Nyeri berhubungan dengan proses penyakit (kompresi/destruksi jaringan saraf, infiltrasi saraf atau suplai vaskularnya, obstruksi jaras saraf, inflamasi); efek samping berbagai agen terapi saraf.
setelah dilakukan tindakan keperawatan kekurangan volume cairan tubuh tidak terjadi
setelah dilakukan tindakan keperawatan ketakutan/ansietas yang di rasakan klien dapat di minimalkan atau teratasi.Setelah dilakukan intervensi keperawatan di harapkanNyeri yang di rasakan klien dapat diminimalkan/terkontrol.setelah dilakukan tindakan keperawatan ketakutan
- Meningkatkan masukan cairan minimal 2000 ml, kecuali bila merupakan kontraindikasi.
– Perdarahan terkontrol/ tidak ada.
– Membran mukosa lembab.
– Tanda-tanda vital dalam batas normal.
– Kadar hemoglobin > 11 gram %.
– Klien melaporkan ketakutan/ansietas yang di rasakan berkurang
– Klien mendemontrasikan penggunaan mekanisme koping efektif dan partisipan aktif dalam pengobatan/perawatan.
– Tanda-tanda vital dalam batas normal.
– Klien melaporkan nyeri yang dirasakan berkurang- Klien mengikuti aturan farmokologis yang di tentukan- Klien mendemontrasikan penggunaan keterampilan- Relaksasi
Mandiri :
1) Pantau masukan dan keluaran dan berat jenis, masukan semua sumber keluaran. Hitung keseimbangan 24 jam.
2) Timbang berat badan sesuai indikasi.
3)Pantau tanda vital. Evaluasi nadi perifer, pengisian kapiler
4)Kaji turgor kulit dan kelembaban membran mukosa. Perhatikan keluhan turgor.
5)Dorong peningkatan masukan cairan 3000 ml/hari sesuai toleransi individu.
6)Observasi terhadap kecenderungan perdarahah, misalnya : rembesan dari membran mukosa, sisi pungsi, adanya ekimosis atau ptekie
7)Minimalkan fungsi vena (Misalnya : kombinasikan memulai IV dengan pengambilan contoh darah).

8)Hindarai trauma dan pemberian tekanan pada sisi fungsi
9)Berikan cairan IV sesuai indikasi

10)Berikan transfusi darah sesuai indikasi, misal : SDM
Mandiri :
1) Tinjau ulang pengalaman klien/orang terdekat sebelumnya terhadap kanker. Terutama apakah dokter telah mengatakan pada klien dan apakah kesimpulan klien telah dicapai.
2) Dorong klien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan. Berikan lingkungan terbuka dimana klien merasa aman untuk mendiskusikan perasaan atau menolak untuk bicara
3) Berikan lingkungan terbuka dimana klien merasa aman untuk mendiskusikan perasaan atau menolak untuk bicara.
4) Pertahankan kontak sering dengan klien. Bicara dengan menyentuh klien bila tepat
5) Bantu klien/orang terdekat dalam mengenali dan mengklarifikasi rasa takut untuk memulai mengembankan strategi koping untuk menghadapi rasa takut
6) Berikan informasi akurat, konsisten mengenai prognosis
7) Hindari memperdebatkan tentang persepsi klien terhadap situasi

8) Izinkan ekspresi marah, kecewa tanpa konfrontasi. Berikan informasi dimana perasaan adalah normal dan diekspresikan secara wajar.
9) Jelaskan pengobatan yang dianjurkan, tujuannya dan potensial efek samping. Membantu klien menyiapkan pengobatan.
10) Jelaskan prosedur, berikan kesempatan untuk bertanya dan jawaban yang jujur

11) Berikan pemberi perawatan primer atau konsisten kapanpun mungkin
12) Tingkatkan rasa tenang dan lingkungan tenang.
13) Identifikasi tahap/stadium berduka klien dan orang terdekat yang sedang dialami.
14) Perhatikan koping tak efektif, misal : interkasi sosial buruk, tidak berdaya, menyerah
Mandiri
1) Tentukan riwayat nyeri, misal nyeri, frekuensi, durasi, dan intensitas serta tindakan penghilangan yang digunakan.
2) Berikan tindakan kenyamanan dasar (misal : reposisi, gosokan punggung) dan aktivitas hiburan.
3) Dorong penggunaan keterampilan manajemen nyeri (misal : teknik relaksasi, visualisasi, bimbingan imajinasi), tertawa, dan sentuhan terapeutik.
4) Evaluasi penghilangan nyeri/kontrol. Nilai pengaturan pengobatan bila perlu.
Kolaborasi:

5)Kembangkan rencana manajemen nyeri dengan klien dan dokter

Keseimbangan cairan nengatif terus menerus, menurunkan keluaran renal dan konsentrasi urine menunjukkan terjadinya dehidrasi dan perlunya peningkatan penggantian cairan

pengukuran sensitif terhadap fluktasi keseimbangan cairan.
menunjukkan keadekuatan volume sirkulasi.

indikator tidak langsung dari status hidrasi atau derajat kekurangan volume cairan.
membatu dalam memelihara kebutuhan cairan dan menurunkan resiko efek samping yang membahayakan
identifikasi dini terhadap masalah (yang dapat terjadi sebagai akibat kanker dan /atau terapi) memungkinkan untuk intervensi segera.
menurunkan potensial hemoragik dan infeksi berkenaan dengan fungsi vena berulang.
menurunkan potensial terhadap perdarahan atau pembentukan hematoma.
diberikan untuk hidrasi umum serta mengencerkan obat antineoplastik dan menurunkan efek samping merugikan, misalnya : mual/muntah atau nefrotoksisitas.
diperlukan untuk memperbaiki jumlah darah dan mencegah manifestasi anemia yang sering ada pada pasien kanker, misalnya : takikardi, takipnea, pusing dan kelemahan.
Trombosit : trombositopenia (yang dapat terjadi sebagai efek samping kemoterapi, radiasi atau proses kanker) meningkatkan resiko perdarahan dari membran mukosa dan sisi tubuh yang lain. Perdarahan spontan secara umum terjadi pada trombosit kurang dari 20.000
membantu dalam identifikasi rasa takut dan kesalahan konsep berdasarkan pada pengalaman terhadap
memberikan kesempatan untuk memeriksa rasa takut realistis serta kesalahan konsep tentang diagnosis.
membantu klien untuk merasa diteriam pada adanya kondisi tanpa perasaan dihakimi dan meningkatkan rasa terhormat dan terkontrol
memberikan keyakinan bahwa klien tidak sendiri atau ditolak, berika respek dan penerimaan individu, mengembangkan kepercayaan.
keterampilan koping sering tidak efektif setelah diagnosis dan selama fase pengobatan berbeda.
dapat menurunkan ansietas dan memungkinkan klien membuat keputusan/pilihan berdasarkan realita.
penerimaan perasaan memungkinakn klien mulai menghadapi situasi.
Tujuan pengobatan kanker adalah menghancurkan sel-sel malignan sambil meminimasi kerusakan pada sel yang normal.
informasi yang akurat memungkinkan klien menghadapi situasi lebih efektif dengan realitas, sehingga menurunkan ansietas dan rasa takut karena ketidaktahuan
membantu menurunkan ansietas dengan mengembangkan hubungan terpeutik dan memudahkan perawatan kontiniu.
memudahkan istirahat, menghemat energi, dan meningkatkan kemampuan koping
pilihan intervensi ditentukan oleh tahap berduka, perilaku koping, misal menarik diri, menyangkal.
mengidentifikasi masalah individu dan memberikan dukungan pada klien/orang terdekat dalam menggunakan keterampilan kloping efektif.
informasi memberikan data dasar untuk mengevaluasi kebutuhan/keefektifan intervensi.
meningkatkan relaksasi dan membantu memfokuskan kembali perhatian
memungkinakn klien untuk berpartisipasi secara aktif dan meningkatkan rasa kontrol
tujuannya adalah kontrol nyeri maksimum dengan pengaruh minimum pada aktivitas kegiatan sehari-hari.
rencana terorganisasi mengembangkan kesempatan untuk kontrol nyeri. Terutama dengan nyeri kronis, klien/orang terdekat harus aktif menjadi partisipasn dalam manajemen nyeri di RS/ di rumah.
nyeri adalah komplikasi sering dari kanker, meskipun respons individual berbeda. Saat perubahan penyakit/pengobatan terjadi, penilaian dosis dan pemberian akan diperlukan.
(Doengoes, marilyn, 1993)
BAB III
PENUTUP

III.1. Kesimpulan
Kanker Indung telur atau Kanker ovarium adalah tumor ganas pada ovarium (indung telur) yang paling sering ditemukan pada wanita berusia 50 – 70 tahun. Kanker ovarium bisa menyebar ke bagian lain, panggul, dan perut melalui sistem getah bening dan melalui sistem pembuluh darah menyebar ke hati dan paru-paru.
Kanker ovarium sangat sulit didiagnosa dan kemungkinan kanker ovarium ini merupakan awal dari banyak kanker primer. (Wingo, 1995). Penyebab pasti kanker ovarium masih dipertanyakan, beberapa hal yang diperkirakan sebagai faktor resiko kanker ovarium adalah sebagai berikut: riwayat keluarga kanker ovarium dan kanker payudara, riwayat keluarga kanker kolon dan kanker endometrial,wanita diatas usia 50 – 75 tahun, wanita yang tidak memiliki anak(nullipara), wanita yang memiliki anak > 35 tahun, membawa mutasi gen BRCA1 atau BRCA2, sindroma herediter kanker kolorektal nonpolipoid.

III.2. Saran
Untuk wanita (terutama wanita yang berisiko) diperlukan kesadaran untuk melakukan deteksi dini Ca Ovarium.

DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. EGC: Jakarta
Donges, Marilynn E. 1999.Rencana Asuhan Keperawatan. EGC: Jakarta
file:///D:/KARSINOMA OVARIUM « Jadilah Yang Terbaik.htm
Gale, Danielle. 1999. Rencana asuhan keperawatan onkologi. Jakarta ;EGC
Manuaba. 1998. Ilmu Kebidanan. Penyakit Kandungan Dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC
Prawirohardjo. 2005. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Price, Sylvia Anderson. 1995. patofisiologi. Konsep kliniks proses penyakit . jakarta : EGC.
Sastrawinata, sulaiman. 1981. Ginekologi. Bandung : Elstar offset
Tambunan, Gani 1995. diagonosis dan tatalaksanaan sepuluh jenis kanker terbanyak di Indonesia. Jakarata: EGC
www. Carcinoma ovarium.com
www. Kanker ovarium.co.id
Yatim, Faisal 2005. penyakit kandung . jakarta : pustaka popular obor.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar