Jumat, 17 Oktober 2014



LAPORAN PENDAHULUAN “CA COLON”



A.    DEFINISI

Kanker adalah sebuah penyakit yang ditandai dengan pembagian sel yang tidak teratur dan kemampuan sel-sel ini untuk menyerang jaringan biologis lainnya, baik dengan pertumbuhan langsung di jaringan yang bersebelahan (invasi) atau dengan migrasi sel ke tempat yang jauh (metastasis). Pertumbuhan yang tidak teratur ini menyebabkan kerusakan DNA, menyebabkan mutasi di gen vital yang mengontrol pembagian sel, dan fungsi lainnya (Gale, 2000 : 177).
Kanker kolon adalah suatu bentuk keganasan dari masa abnormal/neoplasma yang muncul dari jaringan epithelial dari colon (Brooker, 2001 : 72).
Kanker kolon adalah pertumbuhan sel yang bersifat ganas yang tumbuh pada kolon dan menginvasi jaringan sekitarnya (Tambayong, 2000 : 143).
Kanker kolon/usus besar adalah tumbuhnya sel kanker yang ganas di dalam permukaan usus besar atau rektum (Boyle & Langman, 2000 : 805).

B.    ETIOLOGI

Terdapat empat etiologi utama kanker kolon (Davey, 2006 : 334) yaitu :
1.  Diet : kebiasaan mengkonsumsi makanan yang rendah serat (sayur-sayuran, buah-buahan), kebiasaan makan makanan berlemak tinggi dan sumber protein hewani.
2.  Kelainan kolon
·  Adenoma di kolon : degenerasi maligna menjadi adenokarsinoma.
·  Familial poliposis : polip di usus mengalami degenerasi maligna menjadi karsinoma.
·  Kondisi ulserative : Penderita colitis ulserativa menahun mempunyai risiko terkena karsinoma kolon.
3.  Genetik
Anak yang berasal dari orangtua yang menderita karsinoma kolon mempunyai frekuensi 3 ½ kali lebih banyak daripada anak – anak yang orangtuanya sehat (FKUI, 2001 : 207).



C.    PATOFISIOLOGI
           
a.   Anatomi Fisiologi Kolon
Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus buntu dan rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses. Pada mamalia, kolon terdiri dari kolon menanjak (ascending), kolon melintang (transverse), kolon menurun(descending),kolon sigmoid, dan rektum.Bagian kolon dari usus buntu hingga pertengahan kolon melintang sering disebut dengan "kolon kanan", sedangkan bagian sisanya sering disebut dengan "kolon kiri".
b.   Patologi
Kebanyakan kanker usus besar berawal dari pertumbuhan sel yang tidak ganas atau disebut adenoma, yang dalam stadium awal membentuk polip (sel yang tumbuh sangat cepat). Pada stadium awal, polip dapat diangkat dengan mudah. Tetapi, seringkali pada stadium awal adenoma tidak menampakkan gejala apapun sehingga tidak terdeteksi dalam waktu yang relatif lama dan pada kondisi tertentu berpotensi menjadi kanker yang dapat terjadi pada semua bagian dari usus besar (Davey, 2006 : 335). Kanker kolon dan rektum terutama (95 %) adenokarsinoma (muncul dari lapisan epitel usus). Dimulai sebagai polip jinak tetapi dapat menjadi ganas dan menyusup serta merusak jaringan normal serta meluas ke dalam sturktur sekitarnya. Sel kanker dapat terlepas dari tumor primer dan menyebar ke bagian tubuh yang lain ( paling sering ke hati).Kanker kolon dapat menyebar melalui beberapa cara yaitu :
1.   Secara infiltratif langsung ke struktur yang berdekatan, seperti ke dalam kandung kemih.
2.   Melalui pembuluh limfe ke kelenjar limfe perikolon dan mesokolon.
3.   Melalui aliran darah, biasanya ke hati karena kolon mengalirakan darah ke system ­­­­portal.
4.   Penyebaran secara transperitoneal
5.   Penyebaran ke luka jahitan, insisi abdomen atau lokasi drain. Pertumbuhan kanker menghasilkan efek sekunder, meliputi penyumbatan lumen usus dengan obstruksi dan ulserasi pada dinding usus serta perdarahan. Penetrasi kanker dapat menyebabkan perforasi dan abses, serta timbulnya metastase pada jaringan lain (Gale, 2000 :177).







Polip jinak

Menjadi ganas karena faktor mutasi

Menyusup serta merusak jaringan normal

Meluas kedalam struktur sekitarnya

Sel kanker terlepas dari tumor

Menyebar ke bagian tubuh yang lain terutama yang paling sering ke hati

Pemisahan sel dengan menembus pembuluh darah



































                                                      

Menetap pada endotelium

Proses diseminasi

Sel kanker ini menetap pada area baru

Menyesuaikan diri untuk pertumbuhan

Proliferasi



























D.    KLASIFIKASI
Klasifikasi kanker kolon menurut modifikasi DUKES adalah sebagai berikut:
A         : Kanker hanya terbatas pada mukosa dan belum ada metastasis.
B1       : kanker telah meinfiltrasi lapisan muskularis mukosa.
B2       : kanker telah menembus lapisan muskularis sampai lapisan propria.
C1       : kanker telah mengadakan metastasis ke kelenjar getah bening sebanyak satu sampai empat buah
C2       : kanker telah mengadakan metastasis ke kelenjar getah bening lebih dari lima buah.
D         : kanker telah mengadakan metastasis regional tahap lanjut dan penyebaran yang luas dan tidak dapat di operasi lagi.

E.    STADIUM KLINIS
Tabel : stadium pada ca. Kolon yang di temukan dengan system TMN

STADIUM
TINGKAT PENYEBARAN
TIS
Carsinoma in situ
T1
Belum mengenai otot dinding, polipoid/papiler
T2
Sudah mengenai otot dinding
T3
Semua lapis dinding terkena, penyebaran ke sekitar
T4
Sama dengan T3 dengan fistula
N
Limfonodus terkena
M
Ada metastasis


F.    MANIFESTASI KLINIS KANKER KOLON
Gejala sangat di tentukan oleh lokasi kanker, tahap penyakit, dan fungsi segmen usus tempat kanker berlokasi. Adanya perubahan dalam defekasi, darah pada feses, konstipasi, perubahan dalam penampilan feses, tenesmus, anemia dan perdarahan rectal merupakan keluhan yang umum terjadi.
1.     Kanker kolon kanan
Isi kolon berupa cairan, cenderung teteap tersamar hingga stadium lanjut. Sedikit kecenderungan menimbulkan obstruksi, karena lumen usus besar dan feses masih encer. Anemia akibat perdarahan sering terjadi, dan darah bersifat samar dan hanya dapat dideteksi dengan tes Guaiak (suatu tes sederhana yang dapat di lakukan di klinik). Mucus jarang terlihat, karena tercampur dalam feses. Pada orang yang kurus, tumor kolon kanan mungkin dapat teraba, tetapi jarang pada stadium awal. Penderita mungkin mengalami perasaan tidak enak pada abdomen, dan kadang-kadang pada epigatrium.
2.     Kanker kolon kiri dan rectum
Cenderung menyebabkan perubahan defekasi sebagai akibat iritasi dan respon refleks. Diare, nyeri kejang, dan kembung sering terjadi. Karena lesi kolon kiri cenderung melingkar, sering timbul gangguan obstruksi. Feses bisa kecil dan berbentuk pita. Baik mucus maupun darah segar sering terihat pada feses. Dapat terjadi anemia karena kehilangan darah kronik. Pertumbuhan pada sigmoid atau rectum dapat mengenairadiks saraf, pembuluh limfe atau vena, menimbulkan gejala-gejala pada tungkai atau perineum. Hemoroid, nyeri pinggang bawah, keinginan defekasi atau sering berkemih dapat timbul sebagai akibat tekanan pada alat-alat tersebut. Gejala yang mungkin dapat timbul pada lesi rectal adalah evakuasi feses yang tidak lengkapsetelah defekasi, konstipasi dan diare bergantian, serta feses berdarah.

G.    PEMERIKSAAN PENUNJANG
Ø  Endoskopi
Pemeriksaan endoskopi perlu di lakukan baik sigmoidoskopi maupun kolonoskopi.
Ø  Radiologis
Pemeriksaan radiologis yang dapat di lakukan antara lain adalah foto dada dan foto kolon (barium enema). Pemeriksaan dengan enema barium mungkin dapat memperjelas keadaan tumor dan mengidentifikasikan  letaknya. Tes ini menggambarkan adanya kebuntuan pada isi perut, dimana terjadi pengurangan ukuran tumor pada lumen. Luka yang kecil kemungkinan tidak teridentifikasi dengan tes ini. Enema barium  secara umum di lakukan setelah sigmoidoscopy dan colonoscopy.
Computer Tomografi (CT) membantu memperjelas adanya massa dan luas penyakit. Chest X-ray dan liver scan mungkin dapat menemukan tempat yang jauh yang sudah metastasis.
Ø  Histopatologi
Biopsy di gunakan untuk menegakkan diagnosis. Gambar histopatologis karsinoma kolon adalah adenokarsinoma dan perlu ditentukan diferensiansi sel.
Ø  Laboratorium
Pemeriksaan Hb penting untuk memeriksa kemungkinan pasien mengalami perdarahan. Nilai hemoglobin dan hematocrit biasanya turun dengan indikasi anemia. Hasil tes Gualac positif untuk accult blood pada feces memperkuat perdarahan pada GI Tract. Pasien harus menghindari daging, makanan yang mengandung peroksidase (tanaman lobak dan gula bit) aspirin dan vitamin C untuk 48 jam sebelum diberikan feces spesimen.
Ø  Ultrasonografi (USG)
Sulit dilakukan untuk memeriksa kanker pada kolon, tetapi digunakan untuk melihat ada tidaknya metastasis kanker ke kelenjar getah bening  di abdomen dan hati.

H.      PENATALAKSANAAN MEDIS
Bila sudah pasti karsinoma kolon, maka kemungkinan pengobatan adalah sebagai berikut ;
a.     Pembedahan (operasi)
Operasi adalah penanganan yang paling efektif dan cepat untuk tumor yang diketahui lebih awal dan masih belum metastasis , tetapi  tidak menjamin semua sel kanker telah terbuang. Oleh sebab itu dokter bedah biasanya juga menghilangkan sebagian besar jaringan sehat yang mengelilingi sekitar kanker.
b.    Penyinaran (Radioterapi)
Terapi radiasi memakai sinar gelombang partikel berenergi tinggi misalnya sinar X, atau sinar gamma, di fokuskan untuk merusak daerah yang di tumbuhi tumor, merusak genetik sehingga membunuh kanker. Terapi radiasi merusak se-sel yang pembelahan dirinya cepat, antara lain sel kanker, sel kulit, sel dinding lambung dan usus, sel darah. Kerusakan sel tubuh menyebabkan lemas, perubahan kulit dan kehilangan nafsu makan.
c     Kemotherapy
Chemotherapy memakai obat anikanker  yang kuat, dapat masuk ke dalam sirkulasi darah, sehingga sangat bagus untuk kanker yang telah menyebar. Obat chemotherapy ini ada kira-kira 50 jenis. Biasanya di injeksi atau di makan, pada umumnya lebih dari satu macam obat, karena digabungkan akan memberikan efek yang lebih bagus.
d.   Kolostomi
Kolostomi merupakan tindakan pembuatan lubang (stoma) yang dibentuk dari pengeluaran sebagian bentuk kolon (usus besar) ke dinding abdomen (perut), stoma ini dapat bersifat sementara atau permanen.

I.              Analisa data, Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu penyatuan dari masalah pasien yang nyata maupun potensial berdasarkan data yang telah di kumpulkan (Boedihartono, 1994 : 17).
Diagnosa keperawatan yang muncul meliputi :
a.         Perubahan proses pikir berhubungan dengan perubahan kimia misalnya penggunaan obat-obat farmasi, hipoksia, lingkungan terapeutik yang terbatas misalnya stimulus sensori yang berlebihan ; stress fisiologis.
b.        Kekurangan volume cairan berhubungan dengan pembatasan pemasukan cairan tubuh secara oral, pengeluaran integritas pembuluh darah
c.         Nyeri berhubungan dengan insisi pembedahan, trauma muskuloskletal, kehancuran yang terus-menerus (misalnya lokalisasi)
d.         Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual / muntah
e.         Konstipasi berhubungan dengan penurunan asupan cairan dan serat, kelemahan otot abdomen sekunder akibat mekanisme kanker kolon.
J.  Rencana asuhan keperawatan

No
Diagnosa keperawatan
Tujuan dari kriteria hasil
Intervensi
Rasional
1.
Perubahan proses pikir b.d dengan gangguan aktivitas dan kerja kognitif (misalnya, pikiran sadar, orientasi realita, pemecahan masalah, dan penilaian yang terjadi pada individu)
Tujuan : meningkatkan tingkat kesadaran.
Criteria hasil: pasien mampu mengenali keterbatasan diri dan mencari sumber bantuan sesuai kebutuhan.
·         Orientasikan kembali pasien secara terus-menerus setelah keluar dari pengaruh anastesi ; nyatakan bahwa operasi telah selesai dilakukan
·         Bicara dengan pasien dengan suara yang jelas dan normal tanpa membentak, sadar penuh akan apa yang di ucapkan
·         Gunakan bantalan pada tepi tempat tidur, lakukan pengikatan jika diperlukan
R : karena pasien telah meningkat kesadarannya, maka dukungan dan jaminan akan membantu menghilangkan ansietas.



R : tidak dapat di tentukan kapan pasien akan sadar penuh, namun sensori pendengaran merupakan kemampuan yang pertama kali akan pulih
R : berikan keamanan bagi pasien selama tahap darurat, mencegah terjadinya cedera pada kepala dan ekstermits bila pasien melakukan perlawanan selama masa disorientasi
2.
Kekurangan volume cairan b.d dengan pembatasan pemasukan cairan tubuh secara oral
Tujuan : keseimbangan cairan tubuh adekuat
Criteria hasil : tidak ada tanda-tanda dehidrasi (tanda-tanda vital stabil, kualitas denyut nadi baik, turgor kulit normal, membrane mukosa lembab dan pengeluaran urine yang sesuai)
·         Ukur dan catat pemasukan dan pengeluaran. Tinjau ulang catatan intra operasi.


·         Kaji pengeluaran urinarius, terutama untuk tipe prosedur operasi yang di lakukan




·         Pantau tanda-tanda vital


·         Pantau suhu kulit, palpasi denyut perifer.
R : dokumentasi yang akurat akan membantu dalam mengidentifikasi pengeluaran cairan/kebutuhan penggantian dan pilihan yang mempengaruhi intervensi
R : mungkin akan terjadi penurunan ataupun penghilangan setelah prosedur pada sistem genitourinarius dan struktur yang berdekatan mengindikasikan malfungsi ataupun obstruksi sistem urinarius
R : hipotensi, takikardi, peningkatan pernapasan mengindikasikan kekurangan cairan
R : kulit yang dingin/lembab, denyut yang lemah mengindikasikan penurunan sirkulasi perifer dan di butuhkan untuk penggantian cairan tumbuhan.
3.
Nyeri b.d dengan insisi pembedahan, trauma musculoskeletal
Tujuan : pasien mengatakan bahwa rasa nyeri telah terkontrol atau hilang.
Criteria hasil : pasien tampak rileks, dapat beristirahat / tidur dan melakukan pergerakan yang berarti sesuai toleransi.
·         Evaluasi rasa sakit secara reguler, catat karakteristik, lokasi dan intensiltas (0-10)
·         Kaji tanda-tanda vital, perhatikan takikardi, hipertensi dan peningkatan pernapasan, bahkan jika pasien menyangkal adanya rasa sakit.
·         Berikan iinformasikan mengenai sifat ketidaknyamanan, sesuai kebutuhan
·         Observasi efek analgetik
R : sediakan informasi mengenai kebutuhan/efektivitas intervensi


R : dapat mengindikasikan rasa sakit akut dan keidaknyamanan






R : pahami penyebab ketidaknyamanan , sedangkan jaminan emosional


R : respirasi mungkin menurun pada pemberian narkotik, dan mungkin menimbulkan efek-efek sinergestik dengan zat-zat anastesi.
.

4.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual / muntah
Tujuan : klien mampu mempertahankan & meningkatkan intake nutrisi.
Criteria hasil :
-          Klien akan memperlihatkan perilaku mempertahankan atau meningkatkan berat badan dengan nilai laboratorium normal.
-          Klien mengerti dan mengikuti anjuran diet
-          Tidak ada mual / muntah.
·      Kaji sejauh mana ketidak adekuatan nutrisi pasien
·      Timbang berat badan sesuai indikasi
·       Anjurkan makan sedikit tapi sering


·      Tawarkan minum saat makan bila toleran

·       Kolaborasi dengan ahli gizi pemberian makanan yang bervariasi
R : menganalisa penyebab melaksanakan intervensi.
R : mengawasi kefektifan secara diet

R : tidak memberi rasa bosan dan pemasukan nutrisi dapat di tingkatkan
R : dapat mengurangi mual dan menghilangkan gas.

R : Menstimulasi nafsu makan dan mempertahankan intake nutrisi yang adekuat.
5.
Konstipasi berhubungan dengan penurunan frekuensi defekasi yang normal pada seseorang di sertai dengan kesulitan keluarnya feses yang tidak lengkap atau keluarnya feses yang keras dan kering
Tujuan : pola eliminasi dalam rentang yang di harapkan : feses lembut dan berbentuk.
Criteria hasil :
-          klien akan menunjukkan pengetahuan akan program defekasi yang di butuhkan
-          melaporkan keluarnya feses dengan berkurangnya nyeri dan mengejan
·      kaji warna dan konsistensi feses, frekuensi, keluarnya flatus, bising usus dan nyeri tekan abdomen
·      pantau tanda gejala rupture usus.




·      Kaji faktor penyebab konstipasi
R : penting untuk menilai keefektifan intervensi, dan memudahkan rencana selanjutnya.


R : keadaan ini dapat menjadi penyebab kelemahan otot abdomen dan penurunan peristaltik usus, yang dapat menebabkan konstipasi.
R : mengetahui dengan jelas faktor penyebab memudahkan pilihan intervensi yang tepat

K.    Diagnosa dan Fokus Intervensi
Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien Post operasi kanker kolon (Wilkinson, 2006 : 621) meliputi :
a)      Pola nafas, tidak efektif berhubungan dengan imobilitas, dan kondisi pasca anastesi.
Tujuan             :    Menetapkan pola napas yang normal/efektif dan bebas dari sianosis atau tanda-tanda ipoksia lainnya.
Kriteria hasil   :    Tidak ada perubahan ada frekuensi dan kedalaman pernapasan.
 Intervesni :
1)      Pertahankan jalan udara  pasien dengan  memiringkankepala,hiperekstensi rahang, aliran udara faringeal oral.
R :    Mencegah obstruksi jalan napas.
2)      Auskultasi suara napas.
R  :    Indikasi danya obstruksi oleh mukus atau lidah dan dapat dibenahi dengan mengubah posisi ataupun pengisapan.
3)      Observasi frekuensi dan Kedalaman pernapasan, pemakaian otot-otot bantu pernapasan, perluasan rongga dada, retraksi atau pernapasan cuping hidung, warna kulit, dan aliran udara.
R  :    Dilakukan untuk fektivitas pernapasan sehingga upaya memperbaikinya
dapat segerra dilakukan.
b)     Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik/nyeri.
Tujuan             :    pasien memiliki cukup energi untuk beraktivitas.
Kriteria hasil   :    - Perilaku menampakan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan
diri.
-  Pasien mengungkapkan mampu untuk  melakukan beberapa aktivitas tanpa dibantu.
Intervensi :
1)      Rencanakan periode istirahat yang cukup.
R :     Mengurangi aktivitas yang tidak diperlukan, dan energi terkumpul dapat digunakan untuk aktivitas seperlunya secar optimal.
2)      Berikan latihan aktivitas  secara bertahap.
R :     Tahapan-tahapan yang diberikan membantu proses aktivitas secara perlahan dengan menghemat tenaga namun tujuan yang tepat, mobilisasi dini.
3)      Bantu pasien alam memenuhi kebutuhan sesuai kebutuhan.
R :     Mengurangi pemakaian energi sampai kekuatan pasien pulih kembali.
4)      Setelah latihan dan aktivitas kaji respons pasien
R :     Menjaga kemungkinan adanya respons abnormal dari tubuh sebagai akibat dari latihan.
c)       Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri/ketidak nyamanan, terapi pembatasan aktivitas, dan penurunan kekuatan/tahanan.
Tujuan             :    Pasien akan menunjukkan tingkat mobilitas optimal.
Kriteria hasil   :   
·         penampilan yang seimbang
·         melakukan pergerakkan dan perpindahan.
·         mempertahankan mobilitas optimal yang dapat di toleransi, dengan karakteristik :
0 = mandiri penuh
1 = memerlukan alat bantu.
2 = memerlukan bantuan dari orang lain untuk bantuan, pengawasan, dan pengajaran.
3 =membutuhkan bantuan dari orang lain dan alat bantu
4 = ketergantungan;  tidak berpartisipasi dalam aktivitas


Intervensi :
1)      Kaji kebutuhan akan pelayanan kesehatan dan kebutuhan akan peralatan.
R  :    mengidentifikasi masalah,memudahkan intervensi.
2)      Tentukan tingkat motivasi pasien dalam melakukan aktivitas.
            R      :  Mempengaruhi penilaian terhadap kemampuan aktivitas apakah arena ke tidakmampuan ataukah ketidakmauan.
3)      Ajarkan dan pantau pasien dalam hal penggunaan alat bantu.
R :     menilai batasan kemampuan aktivitas optimal.
d)     Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka pembedahan.
Tujuan                 :    Mencapai penyembuhan luka pada waktu yang sesuai.
Kriteria Hasil       :     - tidak ada tanda-tanda infeksi seperti pus.
                                                - luka bersih tidak lembab dan tidak kotor.
                                                - Tanda-tanda vital dalam batas normal atau dapat ditoleransi
Intervensi :
1)      Kaji kulit dan identifikasi pada tahap perkembangan luka.
R            :    mengetahui sejauh mana perkembangan luka mempermudah dalam melakukan tindakan yang tepat.
2)      Kaji lokasi, ukuran, warna, bau, serta jumlah dan tipe cairan luka.
R       :    mengidentifikasi tingkat keparahan luka akan mempermudah intervensi.
3)      Pantau peningkatan suhu tubuh.
R        : suhu tubuh yang meningkat dapat diidentifikasikan sebagai adanya proses peradangan.
4)      Berikan perawatan luka dengan tehnik aseptik. Balut luka dengan kasa kering dan steril, gunakan plester kertas.
R       : tehnik aseptik
membantu mempercepat penyembuhanluka dan mencegah terjadinya
infeksi.






DAFTAR PUSTAKA


Brown,Sandra Clark.2004.Nursing Outcomes Classification (NOC).US : ELSEVIER
2004 Nursing Intervention Classificatio (NIC) US : ELSEVIER
Brunner and Suddart .2002.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Jakarta : EGC
Herdman,T.Heather.2010.Diagnosa Keperawatan: definisi dan klasifikasi 2009-2011 Jakarta
:EGC
Price, Sylvia Anderson, Wilson, Lorraine Mc Carty, 1995,Patofisiologi Konsep Klinis
Proses-proses Penyakit, EGC, Jakarta.

Sjamsuhidajat.R.1997.Buku Ajar Ilmu Bedah .Jakarta : EGC


Tidak ada komentar:

Posting Komentar